Jakarta (BERITAJA.COM) - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI berbareng master kontra-terorisme dan keamanan dari Uni Eropa menyusun pedoman program deradikalisasi, rehabilitasi dan reintegrasi untuk menanggulangi ancaman terorisme di area Asia Tenggara (ASEAN).
"Workshop ini krusial untuk mengidentifikasi apa strategi nan sukses dan apa nan kemungkinan tidak sukses dari sebuah program, dan juga mengidentifikasi best practices yang berfaedah bagi negara-negara di area ASEAN, ketika berhadapan dengan program deradikalisasi, rehabilitasi, dan reintegrasi, untuk disusun dalam sebuah guidelines" kata Deputi Bidang Kerjasama Internasional BNPT RI Andhika Chrisnayudhanto dalam keterangan di Jakarta, Sabtu.
Andhika nan juga Ketua SOMTC WG on CT (Kelompok Kerja Pejabat Senior ASEAN pada rumor Penanggulangan Terorisme) itu menjelaskan terorisme merupakan ancaman bagi perdamaian dan keamanan internasional, termasuk di area ASEAN.
Ia mengatakan salah satu pendekatan nan dapat dilakukan untuk menanggulangi ancaman terorisme di ASEAN adalah memastikan keberhasilan program deradikalisasi, rehabilitasi dan reintegrasi. Dalam memastikan keberhasilan ketiga program tersebut, perlu adanya pedoman berisi beragam best practices (pengalaman terbaik).
"Kemudian, keberadaan pedoman tersebut juga mendapat respon positif dari master kontra terorisme/keamanan Uni Eropa untuk South Sast Asia Marc Vierstraet," ujarnya.
Menurut dia, pedoman itu juga diharapkan berkarakter adaptif untuk diterapkan di seluruh negara di area ASEAN.
"Ada banyak ide, info dan pengalaman dari para ahli, baik dalam aspek deradikalisasi, rehabilitasi ataupun reintegrasi selama workshop ini berlangsung. Semua input bakal disusun menjadi sebuah guidelines untuk diterjemahkan, dipahami dan berkarakter adaptif bagi seluruh negara di area ASEAN," katanya.
Pedoman (guidelines) juga bakal berkedudukan dalam memastikan perseorangan nan pernah terlibat tindak pidana terorisme bergabung ke masyarakat dan tidak kembali mengulangi tindakan terorisme setelah mendapatkan program deradikalisasi, rehabilitasi dan reintegritasi.
"Tidak mudah mengubah pola pikir seseorang, rehabilitasi dan reintegrasi adalah pekerjaan seumur hidup. Bagaimana mendukung mereka secara berkepanjangan agar tidak kembali pada pemahaman nan salah," kata Asisten Profesor di International Institute of Islamic Thought and Civilisation (ISTAC), International Islamic University Malaysia, Ahmad El-Muhammady.
Ia menyebut pengalaman-pengalaman terbaik nan telah tersusun, di antaranya pemberian training bagi seluruh komponenr nan mengerjakan langsung program deradikalisasi, rehabilitasi dan reintegrasi.
"Kemudian, penguatan izin kebijakan, pemberdayaan masyarakat dalam proses reintegrasi sosial, hingga pembuatan kitab saku tentang gimana mendeteksi awal perseorangan nan telah terpapar," ujarnya.
COPYRIGHT © BERITAJA.COM 2023