Psikolog klinis Reti Oktania M.Psi mengungkapkan dalam bagian seni terutama menggambar, setiap anak mempunyai tahapan perkembangan sesuai dengan usianya.
Tahapan itu dimulai dari fase scribbling alias coretan, dimana anak usia dua sampai empat tahun bakal melakukan goresan secara berulang namun belum mempunyai corak nan bermakna.
Dari tahap ini orang tua bisa tetap mengpenghargaan dari hasil coretan tersebut dengan kalimat nan memotivasi, sehingga anak merasa bisa melakukan nan lebih baik.
"Ajak anak menamai dan memaknai gambarnya dengan bertanya, tidak perlu mengkritik dan mengoreksi anak di tahap ini. Motivasi anak untuk terus berkarya dan perluas wawasannya dengan memandang banyak jenis gambar," ucap Reti pada aktivitas HiLo School Drawing Poster Competition nan diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.
Berita lain dengan Judul: PMI sorong talenta muda Papua berkarya di bagian seni
Tahap selanjutnya adalah Pre-Schematic nan biasanya ada pada anak nan sudah memasuki jenjang sekolah dasar ialah usia 4-7 tahun.
Pada tahap ini, gambar anak sudah mulai konsisten dan mulai terlihat pola nan sesuai dengan nan pernah dia lihat. Di tahap ini juga orang tua diminta untuk tidak buru-buru mengoreksi gambar anak dan beri penghargaan dengan memperhatikan apa nan anak gambar.
"Tugas orang tua mulai dari bertanya apa nan anak kerjakan, tanya gimana perasaannya setelah menghasilkan gambar, dari mana dapat idenya, jadi orang tua kudu curious atau penasaran," saran psikolog parenting dan perkembangan anak ini.
Memasuki usia 7-9 tahun anak mulai menggambar dengan konsisten dan ada perincian unik. Tahap ini dinamakan Schematic stage. Ini juga merepresentasikan pengalaman mereka terhadap apa nan sering dia lihat di sekitar.
Maka itu, krusial memaparkan anak terhadap pengalaman lantaran itu menjadi sarana untuknya terus berkarya. Orang tua bisa menambah wawasannya dengan memperlihatkan perincian dan observasi terhadap peralatan alias lingkungan nan dijumpai sehari-hari.
"Anak usia 7 tahun fokusnya sudah 21-35 menit dia bisa mengawasi sesuatu, kita manfaatkan waktunya kita ajak anak mengawasi dipegang, dilihat, didengar agar bisa jadi bahan bakar kreativitasnya. Diskusi jika dia sudah menghasilkan sesuatu, temanya apa, maksudnya apa lantaran dia sudah banyak perincian di gambarnya," tutur Reti.
Berita lain dengan Judul: Siswa Magelang maknai pentas wayang serangga untuk penguatan Pancasila
Tahap terakhir ialah anak sudah bisa menggambar secara lebih realistik di usia 9-12 tahun. Dari tahap ini, anak sudah bisa menghasilkan apa nan dia temui sehari-hari menjadi karya. Di usia ini pula anak sudah mulai bisa kekecewaan jika gambarnya tidak sesuai dengan ekspektasinya.
Orang tua bisa memberikan kalimat nan bisa memvalidasi emosi anak dengan memperhatikan emosi anak, berempati, dan support dengan support agar anak lebih tenang.
Psikolog lulusan Fakultas Psikilogi Universitas Indonesia ini mengatakan dengan menggambar dapat memberikan faedah lantaran anak bisa menuangkan buahpikiran dengan beragam cara.
Manfaat lainnya adalah dapat meningkatkan kognitif dan belajar karena akibat seperti mencampur warna dan menambah goresan di gambar sehingga mencapai hasil gambar nan harmonis.
Selain itu keahlian motorik halusnya juga dapat berkembang lantaran terstimulasi oleh koordinasi mata dan tangan.
"Menggambar itu free drawing, jadi perangkat sehat untuk anak menuangkan buahpikiran pikiran dan emosinya. Kemampuan motorik halusnya bisa menghasilkan koordinasi mata dan tangan," Reti menjelaskan.
Berita lain dengan Judul: Frisian Flag Milky raih penghargaan MURI lomba gambar daring terbanyak