Trending

Ketum Kadin Melihat Perlu Insentif Bagi Industri Otomotif - Beritaja

Sedang Trending 1 bulan yang lalu
Ya, Kadin mendukung insentif fiskal bagi industri otomotif....

Jakarta (BERITAJA) - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Anindya Bakrie memandang perlu insentif fiskal bagi industri otomotif lantaran dapat memperkuat Indonesia sebagai tempat investasi.

“Ya, Kadin mendukung insentif fiskal bagi industri otomotif sebagaimana diungkapkan Pak Wamen (Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza),” kata Ketua Umum Kadin Indonesia Anindya Bakrie, usai aktivitas Link & Match yang diadakan Kementerian Perindustrian, di Jakarta, Selasa.

Anindya dalam keterangan yang dikutip di Jakarta Selasa malam, juga mengpenghargaan pemerintah yang sudah memberikan insentif bagi industri yang meraih Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) pada level tertentu.

Namun, jika Kementerian Keuangan memberikan insentif fiskal untuk mendongkrak industri otomotif, akibatnya bagi industri dan perekonomian bakal sangat besar, kata Anindya menambahkan.

Sebelumnya, Wamen Perindustrian Faisol Riza mengatakan, Vietnam baru saja menurunkan PPN dari 10 persen ke level 8 persen untuk menggerakkan ekonomi.

Sebagaimana diberitakan, pemerintah berencana memberlakukan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11 persen menjadi 12 persen per 1 Januari 2025. PPN baru itu bertindak untuk barang-barang mewah, seperti mobil mewah, apartemen mewah, dan rumah mewah.

Jenis kendaraan tergolong mewah, merujuk Peraturan Menteri Keuangan Nomor 141/PMK.010/2021 tentang Penetapan Jenis Kendaraan Bermotor yang dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan Tata Cara Pengenaan Pemberian dan Penatausahaan Pembebasan, dan Pengembalian Pajak Penjualan atas Barang Mewah (termasuk kendaraan bermotor pikulan orang untuk pengangkutan kurang dari 10 orang--termasuk pengemudi--dengan kapabilitas isi silinder sampai 3.000 cc). Untuk kendaraan bermotor berjantera dua alias tiga dengan kapabilitas isi silinder lebih dari 250-500 cc termasuk peralatan mewah.

Anindya juga mengatakan potensi transaksi dari Agen Pemegang Merek (APM) tingkat 1 alias tier 1 dari industri komponen otomotif yangmampu mencapai Rp130 miliar per tahun.

"Jumlah dari APM tier 1 28 dan 57 IKM jika tidak salah, sedangkan transaksinya nyaris Rp130 miliar per tahun," ujar Anindya.

Apalagi program Link and Match yang dijalankan PT Astra International Tbk dan Industri Kecil dan Menengah (IKM) di bagian otomotif dinilainya tidak saja mencegah berlanjutnya deindustrialisasi, melainkan memperkuat rantai pasok dan mendorong upaya mini dan menengah naik kelas.

Sebagai wadah bumi upaya dan mempunyai jaringan terhadap seluruh perusahaan termasuk koperasi di tanah air, Anindya membujuk untuk memanfaatkan pertemuan upaya alias Link and Match untuk meningkatkan industri komponen otomotif.

"Karena memang Kadin ini, bukan saja membantu dari sisi usulan dan kebijakan, tapi mempunyai juga kaki tangan sampai kepada provinsi, ada 38 provinsi. Jadi hal-hal seperti ini sangat, kami sambut baik," katanya pula.

Acara Link and Match ini, juga menghasilkan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) secara simbolis antara 28 APM tier 1 dan 57 IKM.

Sebelumnya, Link and Match pada November 2022, juga sempat menghasilkan MoU antara 16 APM tier 1 dan 32 IKM dengan nilai realisasi potensial omzet sebesar Rp115 miliar.
Baca juga: Insentif dan industrialisasi dinilaimampu bangkitkan sektor otomotif
Baca juga: Industri otomotif sambut baik insentif pajak selain mobil listrik


Editor: Mahfud
Copyright © BERITAJA 2024







Silakan baca konten menarik lainnya dari Beritaja.com di Google News dan Whatsapp Channel!