Beirut (BERITAJA) - Lebih dari 50.000 orang menyeberangi perbatasan antara Suriah dan Lebanon setelah oposisi bersenjata menyerbu Damaskus, Suriah pada 8 Desember, lapor penyiar Lebanon LBCI pada Selasa (10/12).
Menurut laporan tersebut, kebanyakan dari mereka adalah penganut Syiah dan pendukung pemerintah sebelumnya.
Situasi di perbatasan memanas selama tiga hari saat ribuan orang terus mendekati perbatasan utama Masnaa dalam upaya menyelamatkan diri dari Suriah.
Mereka mengaku lebih baik tinggal di luar perbatasan daripada pulang ke rumah lantaran merasa takut bakal adanya pembalasan dari oposisi bersenjata, kata koresponden LBCI di perbatasan.
Dia menambahkan bahwa banyak dari mereka yang tidak mempunyai arsip yang diperlukan.
Pada Senin (9/12) malam di pos pemeriksaan Masnaa, ribuan pengungsi dari Suriah berupaya menerobos penjagaan pasukan keamanan Lebanon dan memasuki Lebanon tanpa arsip apa pun.
Pasukan Lebanon pun sukses menstabilkan situasi tersebut.
Kelompok bersenjata Suriah merebut Ibu Kota Damaskus pada Minggu (8/12). Perdana Menteri Suriah Mohammad Ghazi al-Jalali menyatakan bahwa dirinya berbareng 18 menteri lainnya memutuskan untuk tetap memperkuat di Damaskus.
PM Ghazi al-Jalali juga mengaku telah berkomunikasi dengan para pemimpin golongan militan yang menyerbu Damaskus.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan bahwa Bashar Assad telah mengundurkan diri sebagai presiden Suriah dan meninggalkan negara tersebut seusai bermusyawpetunjuk dengan sejumlah pihak yang terlibat dalam bentrok Suriah.
Sumber: Sputnik
Baca juga: Warga Suriah di Turki padati perbatasan untuk kembali ke negaranya
Baca juga: Jerman hentikan suaka bagi penduduk Suriah
Baca juga: OCHA: 370 ribu penduduk Suriah mengungsi sejak awal eskalasi pertempuran
:
Editor: Mahfud
Copyright © BERITAJA 2024