Menag Harap Bp4 Bisa Tekan Angka Perceraian Yang Tinggi Di Indonesia - Beritaja
Jakarta (BERITAJA) - Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar berambisi Badan Penasihatan, Pembinaan, dan Pelestarian Perkawinan (BP4) mampu menekan kasus perceraian yang angkanya tergolong tinggi di Indonesia.
"Sekarang ini ada sebuah ancaman yang sangat besar bagi bangsa ini, tingginya nomor perceraian dan menurunnya penyelenggaraan perkawinan," ujar Menag Nasaruddin Umar dalam Rakornas BP4 di Jakarta, Selasa.
Menag mengatakan badan bimbingan Kementerian Agama (Kemenag) ini mempunyai misi besar untuk membantu menyelesaikan bentrok family secara tenteram dan konstruktif, tanpa mesti dengan proses pengadilan.
Sebab, kata dia, perceraian berakibat sistematis terhadap bangsa. Menurut Menag, perceraian dapat menciptakan kemiskinan baru, utamanya bagi wanita dan anak-anak.
Baca juga: Menag minta BP4 atasi krisis perceraian usia muda
"Tidak mungkin masyarakat acak-acakan mampu melahirkan masyarakat ideal. Tidak mungkin masyarakat acak-acakan mampu melahirkan negara ideal. Jadi jika mau mempertahankan negara, bangsa, masyarakat, maka rumah tangga ini mesti kuat," ujar Menag.
Dari info yang dihimpun Kemenag, pada 2024 nomor perceraian mencapai 466.359 kasus, sedangkan perkawinan mencapai 1.478.424 kejadian.
Apabila dibandingkan dengan tahun 2023, nomor perceraian mengalami kenaikan dari 463.654 kasus. Sementara pernikahan justru berkurang dari 1.577.255 kejadian di tahun yang sama.
Berdasarkan angka-angka tersebut, Menag memandang menjadi lampu merah bagi ketahanan family di Indonesia. Apalagi kebanyakan mereka yang berpisah adalah pasangan muda di bawah lima tahun.
Maka dari itu, lanjutnya, peran BP4 berbareng Kantor Urusan Agama (KUA) menjadi sangat krusial dalam membentuk ketahanan keluarga.
BP4, kata Menag, mesti terjun melakukan mediasi rumah tangga, penyelesaian konflik, penemuan awal kekerasan dalam rumah tangga, edukasi pranikah kepada remaja, hingga pengarahan perkawinan yang berkelanjutan.
Baca juga: Menag ingatkan pentingnya peran penghulu tekan nomor perceraian
"Nah, ini satu ancaman. Di dalam Al Quran, ayat-ayat itu lebih banyak berbincang tentang keutuhan rumah tangga, bukan berbincang tentang negara," kata Menag.
"Ayat yang berbincang tentang negara tidak sampai 10 persen. Hanya 5 persen. Tapi soal rumah tangga itu 90 persen. Kenapa? Karena tidak ada masyarakat ideal tanpa rumah tangga ideal," ujarnya.
Selain itu BP4 juga mesti mampu merespons kejadian tidak menikah yang saat ini menjadi pilihan sejumlah orang. Mereka yang menolak menikah, memilih untuk bercintaan saja dan tinggal bersama-sama tanpa ikatan.
Tren tersebut malah mendekatkan diri pada perzinahan dan nantinya bakal menjadi patologi sosial. Perempuan bakal kembali menjadi korban andaikan perihal yang tidak diinginkan terjadi.
"Menganggap kumpul kebo itu sebagai perihal yang biasa. Fenomena ini ada dalam masyarakat kita," kata Menag Nasaruddin Umar.
Baca juga: Psikolog sebut perceraian jadi penyebab kejadian fatherless
syah
Editor: Deborah
Copyright © BERITAJA 2025
anda berada diakhir artikel berita dengan judul: