Pgri: Guru Tetap Tak Tergantikan Di Era Ai - Beritaja
Semarang (BERITAJA) - Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) menegaskan bahwa peran pembimbing tetap tak tergantikan meski di era artificial intelligence (AI) alias kepintaran buatan yang mengakibatkan semuanya menjadi serba mudah.
"Itu yang selalu kami usahakan kepada pemerintah bahwa jangan sampai kekurangan guru. Karena pembimbing itu sangat penting," kata Ketua Umum Pengurus Besar (PB) PGRI Prof Unifah Rosyidi, di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu.
Hal tersebut disampaikannya saat Halalbihalal Keluarga Besar PGRI Jawa Tengah bertema "Menguatkan Silaturahmi Meneguhkan Harmoni", di Balairung Universitas PGRI Semarang.
"Di era AI yang sekarang ramai gitu, enggak mampu pembimbing digantikan oleh hologram guru. Karena kita pakai artificial. Tapi pembimbing itu selalu datang lantaran dia menyemangati, menjadikan anak-anak itu perseorangan yang berfaedah dan bermakna. Itu guru, enggak mampu digantikan," katanya.
Baca juga: PGRI Jateng: Perlindungan pembimbing mesti jadi komitmen bersama
Menurut dia, pengetahuan pengetahuan mungkin lebih mudah dipelajari dengan support AI dengan banyak beragam mesin pencari di internet, tetapi tetap tidak mampu menggantikan peran guru.
"Tetapi, gimana pembimbing itu datang dan menjadikan anak-anak itu pribadi yang utuh dan menjadi manusia. Bahkan, ada (forum, red.) internasional kelak di bulan September bertema 'The Humanizing Education. Itu menandakan bahwa pembimbing enggak mampu digantikan," katanya.
Ketua PGRI Jateng Dr Muhdi menjelaskan bahwa pemerintah mesti berkomitmen untuk mengimplementasikan kebijakan pendidikan dengan baik, termasuk pemenuhan kebutuhan guru.
Persoalan yang dihadapi dalam rekrutmen guru, terutama di Jateng, kata dia, adalah keberadaan pembimbing P1, terutama di jenjang sekolah menengah atas (SMA) dan sekolah menengah kejuruan (SMK).
Guru P1 adalah pembimbing honorer yang sudah lulus "passing grade" seleksi pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) sebelumnya, tetapi belum mendapatkan formasi, dan menjadi prioritas utama dalam seleksi PPPK.
"Bagi kami masalahnya bukan masalah kebutuhan alias tidak butuh. Itu komitmen pemerintah, patokan pemerintah yang mengakibatkan P1 itu mesti diangkat. Ya, saya kira mesti konsisten," katanya.
Wakil Ketua Komite 1 Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI itu menunjukkan kebenaran ketika meninjau suatu sekolah rupanya menemukan kekurangan pembimbing lantaran pensiun, dan sebagainya.
"Maka saya berambisi pemerintah provinsi betul-betul melakukan pendataan yang yang betul-betul baik ya. Jangan sampai memang di sana lebih tapi di sini kurang," katanya.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Jateng Sumarno mengutarakan terima kasih atas kontribusi PGRI dalam membantu meningkatkan kualitas dan cakupan pendidikan, khususnya di Jateng.
Menurut dia, pemerintah sangat memerlukan support PGRI untuk menyelesaikan persoalan pendidikan yang tetap cukup banyak, mulai nomor partisipasi hingga kualitas pendidikan.
"Untuk pendidikan ke depan, lantaran kita untuk menyambut bingkisan demografi untuk menuju Indonesia Emas tahun 2045, tentu saja kualitas sumber daya manusia yang mesti ditingkatkan," katanya.
Baca juga: PGRI Bantul: Guru mesti miliki kompetensi kepribadian dan sosial
Editor: Deborah
Copyright © BERITAJA 2025
anda berada diakhir artikel berita dengan judul: