Ritual Kaharingan: Tiwah, Baayun Anak, Dan Tradisi Spiritual Suku Dayak Yang Menyentuh Jiwa - Beritaja.com

Photo by Shaggy Sirep on Unsplash
D
i tengah derasnya arus modernisasi dan globalisasi, masih ada tradisi-tradisi luhur yang tetap lestari dan dijunjung tinggi oleh masyarakat adat di Indonesia. Salah satunya adalah agama Kaharingan, kepercayaan asli suku Dayak di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan yang telah bertahan selama berabad-abad. Dalam Kaharingan, terdapat dua ritual utama yang paling sakral dan dikenal luas, yaitu Tiwah dan Baayun Anak.
Ritual ini bukan sekadar seremonial adat, melainkan juga bentuk penghormatan mendalam terhadap leluhur, alam semesta, dan kehidupan spiritual yang berkelanjutan. Artikel ini akan mengupas tuntas tentang ritual-ritual tersebut, sejarahnya, makna filosofisnya, hingga bagaimana pemerintah dan tokoh publik turut serta melestarikannya di era modern ini.
Apa Itu Kaharingan?
Kaharingan secara harfiah berarti “jalan hidup” atau “cara hidup”, dan merupakan sistem kepercayaan asli suku Dayak yang telah ada sejak masa pra-Hindu dan pra-Islam di Nusantara. Meskipun sudah sejak lama dianut oleh masyarakat Dayak, Kaharingan baru resmi diakui sebagai bagian dari agama Hindu oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1980. Hal ini dimungkinkan berkat perjuangan tokoh-tokoh Dayak seperti Dr. Imanuel Edi Dangkang dan Yansen TP, yang berperan penting dalam memperjuangkan pengakuan agama leluhur mereka.
Dalam praktiknya, Kaharingan sangat menjunjung tinggi keharmonisan antara manusia, alam, dan roh leluhur. Ritual-ritual di dalamnya banyak dilakukan secara kolektif sebagai bentuk syukur dan penghormatan terhadap alam semesta.
Tiwah: Upacara Pemurnian Arwah Leluhur
Sejarah dan Asal-usul
Ritual Tiwah merupakan upacara pemindahan tulang-belulang orang yang telah meninggal ke tempat peristirahatan terakhir yang disebut sandung. Tradisi ini sudah berlangsung sejak ratusan tahun lalu, terutama di wilayah Palangka Raya, Gunung Mas, dan Kapuas Hulu. Tiwah dipercaya sebagai proses pemurnian arwah agar dapat bersatu dengan Ranying Hatalla Langit, sang pencipta dalam kepercayaan Kaharingan.
Tiwah bukan hanya urusan keluarga, tetapi melibatkan seluruh komunitas desa. Upacara ini bisa berlangsung selama 3 hari hingga 1 minggu dan memerlukan persiapan bertahun-tahun.
Biaya dan Simbolisme
Dalam wawancara dengan Kompas.com pada April 2022, budayawan Dayak, Jaya Samaya Monong, menyebut bahwa biaya untuk melaksanakan Tiwah bisa mencapai ratusan juta rupiah karena melibatkan:
- Pembangunan sandung (rumah kecil untuk tulang)
- Penyembelihan hewan kurban seperti kerbau dan babi
- Pesta adat dengan musik tradisional dan tarian sakral
Simbolisme Tiwah sangat kuat: ini adalah bentuk kasih sayang terakhir kepada orang yang telah meninggal, agar arwah mereka tenang dan kembali ke asalnya. Sebuah studi dari Universitas Palangka Raya tahun 2019 menegaskan bahwa Tiwah juga menjadi sarana mempererat persatuan antar warga.
Baayun Anak: Doa untuk Pertumbuhan dan Kesejahteraan Anak
Pengertian dan Tujuan
Berbeda dengan Tiwah yang ditujukan bagi orang yang telah meninggal, Baayun Anak adalah ritual untuk anak-anak yang masih hidup. Upacara ini dilakukan untuk memohon berkah keselamatan, kesehatan, dan masa depan cerah bagi anak-anak. Tradisi ini juga erat dengan unsur budaya Banjar dan Dayak, dan banyak ditemukan di wilayah Kandangan, Banjarbaru, dan Hulu Sungai Selatan.
Prosesi dan Musik Ritual
Dalam Baayun Anak, anak-anak dihias dengan pakaian adat dan diayun di ayunan bambu atau rotan yang dihiasi kain kuning, bunga, dan janur. Mereka diayun sambil diiringi lagu-lagu panting atau pantun banjar. Ritual ini juga diisi dengan doa-doa dan mantra dari wadian atau pemuka adat.
Salah satu acara Baayun Anak massal terbesar pernah diadakan di Taman Siring, Banjarmasin, pada 10 November 2019, yang diikuti oleh lebih dari 1.000 anak. Acara ini digelar oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalimantan Selatan bekerja sama dengan Yayasan Adat Banua dan disponsori oleh Bank Kalsel dan Telkomsel.
Peran Pemerintah dan Masyarakat dalam Pelestarian
Sejak tahun 2017, ritual Tiwah dan Baayun Anak masuk dalam daftar Warisan Budaya Takbenda Indonesia (WBTb) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Pelestarian ini tak lepas dari peran banyak pihak:
- Pemprov Kalimantan Tengah rutin mengalokasikan anggaran untuk kegiatan kebudayaan lokal, termasuk Tiwah.
- Tokoh nasional seperti Agustin Teras Narang, mantan Gubernur Kalteng, telah lama mendukung penguatan budaya Dayak melalui forum-forum nasional.
- Google Arts & Culture pada Agustus 2021 bahkan menampilkan dokumentasi visual ritual Tiwah sebagai bagian dari proyek digitalisasi budaya Nusantara.
Dengan kemajuan teknologi dan kampanye kesadaran, semakin banyak generasi muda yang mengenal dan bangga terhadap akar budayanya. Bahkan, kini banyak konten kreator Dayak seperti Yoseph Kristanto dan Anak Banua TV di YouTube yang rutin membagikan edukasi budaya lokal secara digital.
Nilai Filosofis yang Relevan di Era Modern
Meskipun berasal dari masa lalu, ritual Kaharingan memiliki nilai-nilai universal yang sangat relevan untuk kehidupan masa kini:
- Keselarasan dengan alam – mengajarkan pentingnya menjaga hutan dan sungai.
- Kolektivitas sosial – menguatkan solidaritas masyarakat dalam satu kampung.
- Spiritualitas lokal – mengajarkan kedalaman batin tanpa harus melepas identitas modern.
Tak heran jika banyak akademisi dan antropolog dunia seperti Dr. Clifford Geertz dan Dr. Koentjaraningrat menganggap Kaharingan sebagai sistem kepercayaan yang sangat kaya dan unik di dunia.
Kesimpulan
Ritual Tiwah dan Baayun Anak bukan sekadar warisan budaya, tetapi adalah jendela menuju kearifan lokal yang mengakar kuat dalam kehidupan spiritual suku Dayak. Melalui ritual ini, kita bisa belajar tentang cinta terhadap leluhur, kepedulian terhadap anak-anak, dan harmoni dengan alam.
Kini, dengan dukungan dari pemerintah, tokoh adat, serta kemajuan teknologi, ritual Kaharingan telah menembus batas waktu dan ruang—menjadi pesan spiritual yang menyentuh tidak hanya masyarakat Dayak, tapi juga semua orang yang mencari makna dalam kehidupan modern.